Menu
Tulisan Lepas

Menolong Sesama Wujud Mengasihi Tuhan

Ada orang yang mengukur keberhasilan sebuah gereja atau pelayanan adalah dengan melihat berapa besar gedungnya atau berapa banyak yang hadir setiap ibadah.

Namun ada yang melihat dari sisi lain,  yaitu berapa banyak mereka melakukan tindakan kasih kepada sesama manusia.   Lihatlah laporan keuangan gereja tersebut,  berapa banyak dana yang keluar untuk kegiatan sosial, menolong orang miskin, sakit, dll.   Baik di dalam anggota gereja,  gereja / pelayanan lain dan bahkan yang beda agama.

Berapa banyak orang yang bikin perayaan natal  dengan biaya puluhan bahkan ratusan juta rupiah, tapi tidak melakukan aksi sosial  satu rupiah pun?    Snack, makan, souvenir,  dekorasi, multimedia yang mewah dengan tema merayakan kasih Tuhan.   Tetapi tidak terwujud dalam tindakan kasih.

Di beberapa tempat persekutuan doa kantor yang saya ikut, dana aksi sosial bisa lebih besar daripada biaya perayaan itu sendiri.

Ada gereja yang konsisten melakukan bulan sosial setiap tahun.   Dinamai dengan berbagai istilah, antara lain bulan oikumene dan masyarakat, bulan misi, bulan kesejahteraan dan pelayanan, dll.  Suatu kegiatan yang fokus keluar untuk menolong sesama.

Banyak orang yang terlihat  sangat rohani.   Senang membahas firman Tuhan,  memakai simbol-simbol agama.    Tetapi sangat pelit untuk membantu sesama.    Jangankan orang lain yang tidak dikenal,  saudara dekat yang di depan mata pun dia enggan bantu.   Mudah mengeluarkan uang ratusan ribu atau jutaan hanya untuk sekedar hobinya.  Tetapi berat sekali memberi untuk kegiatan sosial atau pelayanan.

Tidak ada rumus atau aturan baku tentang jumlah membantu orang lain.  Setiap orang tentu punya pertimbangan dan pemikiran masing-masing.    Pada dasarnya,  semua milik kita adalah “titipan”.  Kita lahir ke dunia ini tidak bawa apa-apa,  kelak meninggalkannya juga tidak bawa apa-apa.

Kita memberi bukan karena terpaksa, supaya dipuji, tidak enak sama yang minta, dll.    Kita lakukan karena kasih kepada Tuhan dan sesama.    Setiap kita bertanggung jawab kepada Tuhan.    Tetapi mereka harus memberi pertanggungan jawab kepada Dia, yang telah siap sedia menghakimi orang yang hidup dan yang mati.  (1 Pet 4:5)

Kepada kita diingatkan tentang wujud mengasihi Tuhan dari 1 Yoh 4:20.   Jikalau seorang berkata: “Aku mengasihi Allah,” dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.

Saya terlibat menjadi salah satu mitra di LAI (Lembaga Alkitab Indonesia) yang memiliki banyak program tanpa pandang organisasi gereja di berbagai pelosok Indonesia.   Bantuan alkitab, penerjemahan alkitab, dan sebagainya.    Dari laporan yang saya terima, dana yang terkumpul s.d Agt 2020 baru sekitar 22 % dari total kebutuhan.

Bapak/Ibu/rekan, tentu punya banyak pilihan yang bisa kita dukung.     

Bisa kita salurkan langsung kepada yang membutuhkan.  Tentu banyak hal yang perlu dibantu sesuai dengan apa yang ada di hadapan kita.   Penyaluran juga bisa melalui berbagai cara.   Secara langsung kepada yang butuh,   melalui gereja kita masing-masing yang memiliki program sosial.     Atau juga melalui yayasan / pelayanan yang kita percaya.

Kasih kepada Tuhan itu terwujud nyata dalam tindakan nyata kepada sesama manusia.   Situasi Covid-19 ini membuat banyak  orang mengalami kesulitan dalam hidup.   Secara langsung atau tidak,  juga memberikan impak pemasukan dana  untuk kegiatan pelayanan termasuk kegiatan sosial.

Mari setiap kita,  agar tetap punya hati yang memberi kepada yang membutuhkan sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing.     

Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan. (2 Kor 8:14)

Tuhan menuntun kita,

Ulbrits Siahaan

No Comments

    Leave a Reply